Sabtu, 27 Oktober 2012

MALINGERING - BERPURA PURA SAKIT

BUKAN SEBAGAI PENYAKIT MENTAL



Salah satu kasus dijumpai minggu lalu:


Seorang wanita berumur 19 tahun , sangat menggegerkan keluaraga, dikarenakan putrinya mendadak sama sekali tidak melihat. Kebutaan yang mendadak, menyebabkan kebingungan keluarga sehingga di bawa ke rumah sakit, dibawanya ke Dokter Mata.  Ternyata pada pemeriksaan wanita tersebut terdapat gejala Malingering, berpura pura sakit, dengan gejala kebutaan. Ini sebagai reaksi yang memiliki tujuan sebagai penolakan dijodohkan.



Berpura-pura sakit (MALINGERING) berarti sengaja berpura-pura menjadi sakit atau terluka untuk menghindari pekerjaan atau tanggung jawab.

Penyakit yang dipalsukan dapat bersifat fisik, seperti flu, atau mental seperti depresi.
Demikian pula, seseorang sebenarnya memiliki penyakit atau cedera ringan tetapi membesar-besarkan gejala.

Mengapa Ada Orang yang pura-pura sakit?

Malingering. Pura-pura sakit di sini memiliki tujuan pribadi dari masalah yang dihadapinya.

1. Mungkin  ingin menghindari dinas militer atau menghindari pengadilan pada tindak pidana atu menghindari pernikahan yang dipaksakan/ dijodohkan.
2. Berpura-pura sakit untuk mendapatkan waktu libur ekstra dari sekolah atau pekerjaan mereka.
3. Membesar-besarkan cedera atau penyakit untuk mendapatkan uang dari perusahaan asuransi.
4. Mungkin pura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian ekstra, simpati, atau bantuan dari keluarga atau rekan kerja.

Orang-orang Malingering memilki berbagai alasan berpura-pura menjadi sakit, bahkan diinginkan menjadi sakit, kemudian dokter harus sampai dapat membuktikan kebenaran dalam kasus tersebut. Menggunakan pengalaman mereka dengan penyakit yang sebenarnya. Dokter harus membedakan trik orang yg pura-pura dari  penyakit dengan "tanda-tanda yang benar".

Untuk itu dokter perlu melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh yang mencakup pengujian untuk mengetahui apakah gejala seseorang memiliki  tanda tanda yang nyata dari penyakit atau cedera tersebut.

GEJALA  :
Berpura-pura sakit tidak dianggap sebagai penyakit mental,
Sering penderita mengekspresikan sebagai kelainan psikologis sebagai :

* Depresi ,  kondisi mental yang ditandai dengan perasaan sedih, putus asa putus asa, dan.

* Gangguan Konversi,  gangguan psikologis yang dikonversi menjadi  gejala fisik, misalnya kebutaan, kelumpuhan atau kejang.

* Hipokondria,  gangguan mental di percaya bahwa mereka sakit, tetapi gejalanya tidak berhubungan dengan penyakit fisik.

* Munchausen syndrome, sebagi gangguan mental di mana seseorang berpura-pura memiliki gejala penyakit, dalam rangka untuk dirawat di rumah sakit atau menerima pengobatan atau operasi.

Berpura-pura sakit dapat menyebabkan penyalahgunaan sistem medis, dengan pemeriksaan yang tidak perlu dilakukan.

Ada pula orang yg pura-pura mungkin mencoba untuk menaikkan suhu termometer melalui panas dari sulut rokok atau mengubah sampel urin dengan menambahkan debu sehingga  dokter mengalami kesulitan untuk diagnosis  yang sebenarnya.

PENANGANAN :

• Berpura-pura sakit kadang kadang sulit untuk mendeteksi hanya atas dasar wawancara, dokter harus menggunakan berbagai sumber berbagai informasi sebanyak mungkin, termasuk wawancara dengan penderita, petugas perawatan, anggota keluarga, rekan kerja, catatan klinis, laporan psikotes, laboratorium investigasi dan laporan uji psikologis.

Sikap, ekspresi wajah, dan perilaku dalam wawancara tersebut tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya kriteria untuk menentukan ada tidaknya berpura-pura sakit.

vertexisland

Tidak ada komentar: