Kamis, 28 April 2016

PENYAKIT LUPUS PADA MATA DAPAT MENIMBULKAN KEBUTAAN


Estetik mata yang indah harus dipertahankan waspadai kemungkinan adanya Lupus pada mata.

Nama penyakit Lupus tak seindah nama panggilan Lupus, tokoh film Indonesia yang pernah terkenal bagi anak muda di waktu lampau, tahun 80 - 90 an. Lupus I: Tangkaplah Daku Kau Kujitak (1987)

Nama lengkapnya adalah  Sistemik lupus erythematosus dikalangan kedokteran dikenal sebagai SLE. Penyakit ini merupakan  penyakit autoimun yang ditandai dengan terjadinya kerusakan jaringan dan sel-sel oleh antibodi yang ada adalam tubuh penderita itu sendiri .

PENYAKIT LUPUS PADA MATA


Kelainan pada mata merupakan salah satu manifestasi sistemik Lupus .
Seluruh system tubuh yang bermanifestasi lainnya dapat sebagai “kelainan kulit yang memerah berbentuk  seperti kupu-kupu” di wajah, kelaianan selaput pembungkus paru- perikarditis, kelainan ginjal,kelainan sendi- artritis,  kelainan darah -anemia dan gejala-gejala susunan saraf pusat.
Bila kelainan ini terjadi pada mata, maka banyak masalah pada penderita yang menyangkut pada mata, mulai dari bagain depan sampai bagian belakang mata yang dapat menyebabkan kelaianan penurunan penglihatan.

Lupus eritematosus sistemik (LES) Penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari yang ringan sampai berat . Pada keadaan awal, sering sekali sukar dikenal sebagai LES, karena manifestasinya sering tidak terjadi bersamaan.

Penyebab  penyakit SLE  ini belum seluruhnya diketahui.

Perjalanan penyakit  Lupus SLE diawali dari interaksi antara faktor gen predisposisi dan lingkungan yang akan menghasilkan respon imun yang abnormal
namun diduga :

1.  Faktor genetic yaitu keluarga dari penderita penyakit SLE mempunyai angka kejadian yang tinggi untuk penyakit pada jaringan ikat.
2.  Faktor obat : terutama golongan  hydrallazine yang digunakan secara luas untuk terapi pada hipertensi. Sindrom ini terjadi 5% penderita hipertensi, setelah terapi selama 3 tahun dengan hydralazine.
3.  Radiasi sinar ultraviolet juga dapat juga sebagai faktor pencetus pada onset SLE.
4.  Sebagai pencetus yang lainnya adalah infeksi bakteri, dan stress baik fisik maupun mental.


Penderita systemic lupus erythematosus (SLE) 90% adalah pada wanita periode usia muda- dewasa muda

Kelainan pada mata, 20% penderita SLE dapat mengenai kelopak mata, kornea, retina dan saraf optik.
a.   Palpebra Kelainan palpebral bawah merupakan bagian kulit yang sering bersamam dengan pipi dan hidung.

b. Sindroma mata kering (konjungtivitis Sicca)
Pada permulaannya konjungtiva menunjukkan sedikit kotoran belek yang kental disusul dengan kulit sekitar memerah dan pembengkakan selaput mata. Penyebarannya dapat terlokalisir atau meluas. Tahap lanjut dapat menimbulkan kerutan konjungtiva.

c. Sklera Pada sklera dapat sebagai skleritis anterior yang difus atau noduler. Bila  makin lama makin bertambah berat, skleritis berubah menjadi skleritis nekrotik.

d. Uvea  dapat terjadi  radang namun jarang menimbulkan penempelan iris pada lensa mata-sinekia.

e. Retina, kira-kira 25% penderita  Lupus dapat terjadi retinopati.Ini merupakan manifestasi terbanyak kedua setelah keratokonjungtivitis sicca (KCS).
80% penderita retinopati SLE bersamaaan penyakit sistemik SLE yang aktif. Bagusnya pada stadium awal dapat terjadi penurunan angka kesembuhan yang signifikan,bila monitoring ketat dan pengobatan yang aggresif pada pasien-pasien dengan retinopati SLE .

Jika retinopati berkelanjutan menjadi lebih berat, telah mengenai area bintik kuning- makula  retina maka dapat mengakibatkan kebutaan.

Pada pemeriksaan retina dengan funduskopi ada 2 bentuk :

1    Akibat SLE murni :  retina ditemukan gambaran  bercak menyerupai  kapas yang ha halus -cotton wool patches,  perdarahan, eksudat putih abu-abu dan edema papil sebagai gejala utama yang dapat timbul pada masa toksis.

2    Penderita SLE yang lanjut dapat ditemukan gambaran fundus hipertensi dan retinopati diabetikum, sebagai akibat hipertensi yang berlangsung lama. SLE menyebabkan kelainan ginjal- nefropati yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi. Keadaan inilah yang menyebabkan penurunan ketajaman penglihatan – visus

Temuan klasik pada retinopati SLE adalah gambaran cotton-wool spot (bercak halus seperti kapas) pada pemeriksaan funduskopi, yang mana telah berkolerasi dengan area avaskular pada pemeriksaan angiografi floresensi.

Pada pemeriksaan histopatologi dapat ditemukan infiltrasi material fibrin pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah-vaskular dan penyebaran mateial hialin.
Dinding pembuluh darah tidak didapatkan sel-sel radang, oleh sebab itu hal ini tidak dimasukkan sebagai peradangan pembuluh darah-vasculitis.

Penyakit Lupus  ini adalah suatu gangguan imunologik dengan adanya kompleks imun dalam darah. Uji-uji diagnostik mencakup antara lain antibodi anti-DNA dan antibodi

Penatalaksaan retinopati SLE sesuai dengan penyakit penyebabnya. Obat paling efektif adalah steroid sistemik dan siklofosfamid intravena .

Retinopati dapat membaik sejalan dengan keberhasilan penanganan penyakit sistemiknya. Walaupun demikian, penderita Lupus harus tetap dimonitor secara seksama mengenai tanda-tanda eksaserbasi saat gejala sistemik tidak ada.

Terapi antiplatetlet dan antikogulan diberikan pada keadaan retinopati oklusal.


Pemberian kortikosteroid sistemik diindikasikan pada nyeri hebat pada bola mata- optalmoplegia.

Dari angka kejadian penyakit Lupus ini semakin meningkat Indonesia, karena bertambah baiknya pemahaman dokter dalam mengdiagnosa SLE. Walupun harapan hidup penderita SLE di beberapa negara barat sana semakin baik, namun dinegara berkembang termasuk Indonesia, masih belum memuaskan.


Penatalaksanaan Penyakit Lupus SLE pada mata tetap merupakan masalah karena sampai saat ini belum ada terapi dan penanganan yang menghasilkan penyembuhan secara sempurna yang tuntas, selain itu  dapat terjadi pemunculan kembali manifestasi penyakit ini setelah masa stabil beberapa bulan dan adanya  efek samping yang timbul akibat pengobatan.



vertexisland





Tidak ada komentar: