Jumat, 16 April 2010

PELANGIKU

Pelangi itu manampakkan di atas pohon Ki hujan, sayang tak sepenuhnya pelangi itu dapat tampak oleh laki laki yang baru saja keluar dari kedai kopi.
Lalu laki laki itu, Samin tetap menatap pelangi di atas alunan ranting pohon, ia berusaha agar dapat menatap separuh lingkaran warna warni yang terajut di langit.
Laki laki itu terdiam, Samin berdiri tetap menatap menerawang jauh menembus angan yang telah berlalu. Ia tahu di balik pelangi, suara sayup sayup kelakar bidadari bidadari mandi.

Ke dua sudut mata tak terasa tergenang air mata, kadang kadang tersapu oleh kedipan mata. Di antara lekukan keriput wajah.Tak terasakan nafas yang mengering ketika kerongkongan menahan sendu. Tak peduli pula sekeliling deretan kedai kopi itu hingar bingar lalu lalang kendaraan.

Biarlah bidadari yang pernah dimiliki Samin dikelilingi bidadari ayu lainnya. Nayu memang pantas dikelilingi karib lainnya. Bahkan senyumnya dilontarkan melului ujung bibirnya, seolah tahu bahwa Samin menatap tak henti.

" Nayu..... ketika pelangi menampakkan seluruh paruh. Tangan halus jari lentik yang pernah kugenggam. Sambil melantunkan soneta kalbu yang bersatu, kemudian gita cinta yang pernah kau padukan. Pelukan yang pernah mendekap ketika angin berlalu sisa sisa rintik telah mereda. Harum bunga adas melintas ketika rambutmu berderai.

Nayu ..... semua asa dan harapan, selalu bergumul dalam imaginasiku. Merah sampai kuning, kuning sampai hijau, kebiru .... hingga ungu. Ingin ku rangkai bagai pelangiku' dari titik demi titik cinta yang disinari oleh mata hariMU.

Namun pelangi itu, pelangiku semakin lama semakin ditelan ke gelapan yang menjemputnya.
"

Samin, berjalan gontai menyisakan langkah langkahnya. Ketika berharap kapankah pelangi itu kembali?

vertex island

Tidak ada komentar: