Rabu, 14 Maret 2012

NEUROPATI OPTIK TRAUMATIS / TON

HILANG PENGLIHATAN AKIBAT TRAUMA KEPALA

Pasien dengan neuropati optik traumatis (TON) dapat terjadi kehilangan penglihatan dengan tingkat bervarisi (visus menurun, kelainan lapang pandang, atau kehilangan penglihatan warna). Sebagian besar kasus sekitar 60% dengan kehilangan penglihatan berat persepsi cahaya (LP) atau lebih buruk. Pada fase akut, saraf optik biasanya masih normal pada pemeriksaan funduskopi, tapi atrofi saraf optik sering terlihat 3-6 minggu setelah cedera.

Neuropati optik Trauma merupakan komplikasi potensial dari cedera kepala tertutup. Ciri2 TON adalah hilangnya fungsi visual, yang dapat bermanifestasi dengan ketajaman bawah normal visual, kehilangan lapang pandangan, atau disfungsi penglihatan warna. Kehadiran cacat pupil aferen sangat menunjukkan lokasi prechiasmal untuk cedera. Kelaianan penglihatan akibat neuropati optik traumatis, dapat sebagian atau lengkap dan sementara atau permanen.

Frekuensi TON :

Kejadian neuropati optik traumatis (TON) akibat cedera kepala tertutup berkisar 0,5-5%. Sebagian besar kasus TON terlihat pada laki-laki (sampai 85%), dengan usia rata-rata 34 tahun. Kecelakaan Kendaraan bermotor dan sepeda mayoritas, diikuti jatuh dan serangan.

Pasien dengan neuropati optik traumatis (TON) dapat terjadi kehilangan penglihatan dengan tingkat variabel (visus menurun, kelainan lapang pandang, atau kehilangan penglihatan warna).
Sebagian besar kasus (sampai 60%) terjadi kehilangan penglihatan berat persepsi cahaya (LP) atau lebih buruk.

Pada fase akut, saraf optik biasanya tampak normal pada pemeriksaan funduskopi, tapi atrofi saraf optik sering terlihat 3-6 minggu setelah cedera.


Patofisiologi TON

Patofisiologi neuropati optik traumatis (TON) sebagai akibat multifaktor, diduga mekanisme primer dan sekunder dari cedera.

Penyebab TON tidak langsung, cedera pada akson diduga disebabkan oleh kekuatan yang menggeser pada serat sehingga terjadi odem, pembengkakan atau terhadap vaskularisasi saraf.

Cedera tersebut menyebabkan cedera iskemik pada sel ganglion retina dalam kanal optik.

Mekanisme sekunder dapat menyebabkan pembengkakan saraf optik setelah terjadinya cedera akut. Pembengkakan tersebut memperburuk degenerasi sel ganglion retina sebagai akibat gangguan suplai darah vaskuler.

Mekanisme sekunder, secara teori, untuk dekompresi kanal optik melalui medis , dengan memberikan steroid. atau operasi, dengan dekompresi tulang.

Akhirnya, segmen intrakranial dari saraf optik dapat rusak akibat trauma kepala tersebut.


Penanganan TON :

1. Memberikan kortikosteroid sebelum minggu ke 2 atau ke 3, diharapkan perbaikan penglihatan.
2. Dekompresi tulang sekitar orbita.


vertex island

Tidak ada komentar: