Tanggal yang sama tiga puluh tahun sudah. Masih terngiang seolah begitu saja
berlalu. Di subuh cerah, rasa dingin
menyentuh tubuh. Tiba di Bandara Soekarno. Laki laki itu bergegas dengan sebuah ransel yang di dalamnya berisi baju
dan sebuah map merah. Ransel dipundak, segera diturunkannya sesampai di toilet Bandara.
Sambil
mempersiapkan shalat subuh, dengan air wudhu diusapkan keningnya agar lebih segar
setelah perjalanan semalam menggunakan
bus. Kening berulang kali dibersihkan, rasanya masih ada sisa keringat
bercampur bedak , bekas bedak hiasan pengantin yang baru dibersihkan kemarin siang
Laki laki itu adalah Saman yang baru
saja menjadi pengantin yang dirayakan di Desa Sumber Air Cilacap.
“ Keren deh, muka berbedak putih, alis mata ditebalkan.
Pakai beskap hitam berenda kuning emas, telinga dilingkari hiasan sehelai daun
berwarna emas pula, bak rasa telinga Mr Spoke. Walaupun demikian tetap dijalani
untuk mengikuti acara yang sakral itu. Yang tentunya tidak berharap untuk
diulangi kembali.”
“ Rasanya keren berdampingan dengan pasangan yang sangat ia
cintai. Duduk diatas pelaminan yang di buat dekorasi seNyeni mungkin menurut Saman. Latar belakang pelaminan dihiasi rangkaian
janur sebagai aksen diatas dasar bludru warna hijau daun, di samping kiri
kanannya kain satin kuning ber lekuk
lekuk seperti gordeng rumah. Berhamburkan semerbak aroma bunga melati.
“ Keren juga rasanya, ketika sang mertua menganjurkan
sebagai mahar perkawinan sepuluh gram emas. Namun ketika mengucapkan akad nikah
tak disebutkan, hanya menyatakan seperangkat alat sholat. Pikirnya emas apa dan
mana sebagai mahar. Saman tidak mengada
ada. Satu bentuk penolakan ajuran mertua.”
“ Pokoknya keren abis…. Upacara pernikahan dapat berlangsung dengan selamat dan atas
rahmat Tuhan yang maha kuasa. Rencananya hanya mengundang tetangga dan kerabat dekat,
ternyata tamu berdatangan sejak sehari sebelum acara berlangsung. Suatu kebiasaan bersosialisasi penduduk
sekitar masih erat. Bila ada hajatan, tetangga
dan kerabat memberikan atensi berupa uang, beras atau gula dan bahan lainnya
yang dapat digunakan dalam acara hajatan. Yang pasti mereka memberikan selamat dan doa
kepada kedua mempelai.
“Sangat keren . Terpaksa dan harus dilakukan, meninggalkan
rumah hajat perkawinana karena esok harinya ia harus mengajukan makalah plan of
action nya Puskesmas yang ia pimpin.
Berangkat naik bus sampai Bandara Cengkareng, kemudian naik pesawat. Dari
bandara ke ibu kota kabupaten Lampung Tengah, Metro menggunakan oplet. Dari
terminal oplet sampai gedung pertemuan naik becak. Beragam, Asyik.”
“ Setelah mempresentasikan didepan teman teman dokter
sejawat lainnya, tepuk tangan menggema memenuhi
seluruh ruangan, sebagai tanda
selesainya pertanyaan yang telah diajukan oleh peserta. Namun tak seorangpun
teman sejawat tahu bahwa Saman baru saja menikah. Kalau lah mereka tahu, pasti
suara tepuk tangannya akan membelah ruangan yang ada.”
“ Uang lumsum seusai pertemuan yang diterima Saman, diperuntukkan
mengundang makan bersama dengan Candra sahabat
sesama teman sejawat. Menikmati sate kambing Pak Saleh. Hanyalah Candra yang
tahu bahwa Saman baru saja menikah. Dngan satu pertanya Candra pada Saman : Lha kamu ini kok ngga cerita ke teman lainnya waktu pertemuan.......“
Tiga puluh tahun sudah Saman melalui bahtera kehidupan.
Segala cobaan, rintangan, rintangan kenikmatan, kegembiraan,
ambisi dan rasa syukur dilalui dengan berjalannya waktu.
Berjalannya waktu, Saman diberi kesempatan untuk meneruskan
pendidikan spesialisasi. Jadilah ia seorang dokter Spesialis mata. Benar benar
Saman sekolah atas biaya sendiri, pernah berangkat ke rumah sakit namun uang
untuk bensin pas banget mepet. Sehingga dicoba menggunakan angkot. Tetapi
ternyata biayanya lebih besar.
Diingatnya ketika mengikuti pendidikan spesialis, pemasukan
terbatas. Maklum praktek sebagai dokter umum di kota besar yang baru dan harus sambil
membesarkan ke dua anaknya.
Tak di duga oleh saman suatu hari sepatu Salamander yang
berkwalitas tinggi dan kuat, karena sudah tiga tahun tiba tiba ujung sepatunya
robek dan tak dapat digunakan.
Terpaksa membeli sepatu yang terjangkau . Namun
umurnya hanya dua hari. Bayangkan sepatu baru, baru dua hari. Tengah tengah
visite besar di Rs Mata Cicendo ujung depan sepatu alas nya terbuka seperti
buaya minta makan. Dasar kwalitas rendah!.
Saman bergegas segera ke kamar
opersi, untuk menemui perawat Sarju.
Biasanya perawat kamar operasi, sepatunya tidak dipakai. Walaupun agak longgar
terpaksa dipakai agar dapat lanjut mengikuti visite.
Bersyukur Saman dapat menyandang dokter Spesialis Mata yang
ditempatkan di kota Bogor. Tadinya ditawarkan penempatan di Singaraja, namun
keburu ada yang menempati. Berniat kembali ke kota Solo, namun dokter setempat
tidak berkenan.
Dengan berbekal doa yang diucapkan sepanjang jalan sepanjang waktu untuk mendpatkan penempatan yang layak. Saman berusaha menghubungi
pejabat Departemen Kesehatan agar penempatan di kota Bogor.
Dengan kiat sok
kenal sok deket. Yang tadinya tak kenal dengan Direktur Pelayanan Medis, tak
kenal dengan Kepala Biro Kepegawaian, juga dengan Ketua Panitia Pempatan Dokter
Spesialis masa itu, diterabas lanjut saran sarannya. Bahkan mendatangi Kepala Dinas Peternakan, yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya. Tetapi ini bahkan sangat menentukan.. Berjuang
demi tujuan menentukan nasib. Hingga berhasil di tempatkan di Bogor.
Di kenangnya mertua Saman yang telah tiada.
Saman mendengar dari cerita istri, bahwa mertua
Saman dahulu tidak percaya bahwa calon mantunya seorang dokter, karena hanya
memiliki uang sedikit untuk menikah. Namun hebat, anaknya meyakinkan ke orang
tuanya bahwa dokter Puskesmas yang ditempatkan di daerah pertanian lada yang
subur, namun saat itu sedang paceklik. Berimbas ke masyarakat tidak mampu untuk
berobat.
Dikenangnya waktu waktu yang diisi dengan gelak tawa,
terbahak bernyanyi bersama. Walau diantara temannya, Darta mengeluarkan suara sumbang.
Diingat, Saman diajak sponsor mancing bersama di tambak,
yang sebelumnya tak pernah dilakukan olehnya. Dasar bukan pemancing professional. Sepoi sepoinya angin laut membuat Saman
tertidur sambil memegang pancing, tahu tahu seekor ikan bandeng telah terkait
diujung kailnya. Walaupun hanya dapat
dua ekor bandeng, tapi Saman merupakan top skorer diantara lainnya. Bahkan
teman yang memasangkan perlengkapan pancing Saman, tak dapat seekorpun. Namun untung pulang ke rumah masing masing
membawa tiga kilogram ikan bandeng.
Sponsor yang beli.
Waktu yang memberikan kesempatan beribadah ke tanah suci. Ya Allah, Saman dapat bersujud di rumah Allah
atas kehendakNya. Seseorang yang mengasihi dan memberikan atensi yang besar sehingga
Saman dapat menyandang Haji. Rasa terima
kasih yang menjadi tanggung jawab terhadap yang kuasa untuk dapat beribadah
lebih baik.
Waktu yang memberi asa,
harapan untuk mewujudkan sebuah Rumah Sakit untuk kaum tak mampu, belum
terwujud. Namun niat Saman yang luhur kapankah dapat terwujud?. Kenyataanlah yang ada. Saman masih diberikan
kekuatan, kemampuan memberikan pelayanan
Bakti Sosial bagi orang tak mampu. Rasa tulus berterima kasih dari orang orang yang ditolongnya, dapat melihat dunia kembali setelah beberapa
saat ke dua matanya membebani dirinya bahkan membebani orang lain.
Dengan bangga, bersyukur Bapak Harno dapat bekerja kembali sebagai
tukang tembok, sehingga dapat memberikan nafkah bagi istri dan seoarang anaknya
kembali , setelah dua bulan tidak dapat
melihat dengan kedua matanya.
Dengan bangga, bersyukur Saman mendengar Ibu Teten dapat kembali rujuk
dengan suami setelah melihat dunia kembali. Berkumpul bersama ke dua anak yang
masih berumur lima dan tiga tahun.
Kalaulah dapat sampai akhir hayat, Saman tetap ingin
membantu orang tak mampu seperti Harno Harno dan Teten Teten lainnya.
Biarlah waktu berjalan mengalir. Dalam dan dangkalnya sungai
kehidupan harus dilalui, yang akhirnya akan bermuara dihadapanNya.
Terima kasih Tuhan yang Maha Esa, Maha Kuasa dan Maha
segalanya. Saman menundukkan kepala, bersujud agar dapat masih dapat bersyukur
dengan apa yang telah dicapai Saman, di rumah mungil yang tenang, dapat menikmati Pizza American Favorit bersama istri dan kedua
anak sambil menikmati pemandangan gemulai ikan ikan emas di kolam.
Bogor, 12 Mei 2013
vertex island
vertex island
Tidak ada komentar:
Posting Komentar