Minggu, 12 September 2010

BERBAGI SESAMA

Langit cerah di bulan puasa September ini, mata hari tampak sudah condong ke Barat. Lapangan sepak bola Kecamatan telah dipadati orang. Tua muda, laki perempuan menanti kedatangan Agan Memet. Dengan kesabaran mereka datang menunggu, bahkan ada yang datang sejak pagi.
Duduk teratur diatas rumput, beberapa Satpam bertugas agar pada saat pembagian tidak saling berebut. Menanti hadiah lebaran. Sepantasnyalah Agan Memet telah terpenuhi kebutuhan materi, tinggal kebutuhan popularitas sebagai kebutuhan aktualitas.

Agan Memet segera turun dari Lamborghini nya yang baru. Disusul sebuah kendaraan Securicor. Agan Memet segera memasuki lapangan, disambut riuh masyarakat Tepukan mengiring. Langkah Agan seolah seorang presiden diiring dayang dayangnya berjumlah delapan orang menyibakkan orang yang dilalui agar dapat menuju panggung yang telah disediakan panitia. Dua peti besar berisi uang, diusung masing masing oleh empat orang. “ Hidup Gan Memet…. Hidup Gan Memet…… “ yel berulang dikumandangkan, memberikan pujian.

Yel yel yang didengar Agan Memet membuat hidung terasa mekar, dada tiga kali lipat bertambah luas. Rasa melayang, diatas lautan manusia yang berkumpul di lapangan Kecamatan Cipotret. Siapa yang tak kenal Agan Memet, orang kaya seantero Cipotret. Kaya dan masih mau membagi bagikan hartanya. Bersedekah. Namun dapatkah lebih dikenal sebagai dermawan dari Indonesia. Seperti artis itu lho……!

Panitia pun mengumumkan pembagian hadiah lebaran segera dimulai. Mengingatkan agar berjalan dengan tertib dan teratur, meyakinkan bahwa semua yang datang membawa kupon pasti akan terbagi.

Ditengah tengah rasa kebanggaannya melihat orang orang yang mulai mendapatkan bagiannya berupa uang Lima puluh ribuan di dalam amplop.
Agan Memet timbul kerisauan terhadap panitia.
“ Pak Sarju…! Mana tim TV yang akan meliput kegiatan kita?”
“ Mana TVRI,…… Mana RCTI ? ….. Mana Tans TV….. Mana…. ?”

Pak Sarju yang menjadi ketua panitia dengan sigap menjawab :” Gan…. Tadi sudah saya hubungi, namun Hapenya nggak nyaut Gan….. Mereka terjebaak macet di Semanggi!”
Mungkin sekitar empat jam mereka sampai Cipotret….”

“ Wah … Sarju! Bagaimana kalau kegiatan ini keburu tidak terliput TV?”
“ Baik Gan, kita ulur waktu saja dengan memberikan satu atau dua patah kata dari Agan, sekalian Agan tampil…..”

Agan Memet menyetujui, sedikit terhibur. Tidakkah ia juga biar di kenal masyarakat Cipotret, Dikenang sebagai dermawan 2010 ….ooo Dermawan… Pembagian amploppun di stop sejenak untuk mengulur waktu.

Pidato Agan berkelanjutan dengan semangat. Namun masyarakat yang mendengarkan mulai gelisah, karena mereka sejak siang hari telah berada dilapangan. Haus, lelah.

Di tempat pembagian amplop orang orang mulai bergerombol agar segera dibagikan. Tanpa memperdulikan Agan berpidato. Semakin lama semakin bertambah mengerumuni. Dan berteriak teriak agar di dahulukan. Semula teratur menjadi timbul kekacauan. Walaupun petugas mencoba menguasai keadaan.Pengunjung saling berdesakan satu sama lain. Semakin petugas memperingatkan mereka semakin saling mendorong. Anak anak ada yang terjepit menangis, tak luput ada orang tua yang kehabisan napas. Sebagian orang segera mengeluarkan dari himpitan. –Tak bernapas lagi.

Keadaan itu terlihat oleh Agan dari panggung. Segera Agan turun untuk menghampiri nenek yang telah melayang jiwanya.
Namun tak diduga ketika Agan turun dari panggung, Agan langsung dikerubuti orang orang orang…”
“ Gan saya belum dapat Amplop”
“ Gan saya ngga bisa ikut rebutan amplop”
“ Gan Nenek itu meninggal…. Agan yang harus tanggung jawab.. “
“ Gan Ampolp Gan….. Amplop Gan…..”
“ Gan kau harus tanggung jawab mak Risih meninggal….!!!”

Sementara Agan ditari tarik badannya, baju gamisnya tertarik keluar sampai robek. Kadang kadang terasa suatu pukulan terhadap tubuhnya.

Auhhhhhh, ooohh oH. Syal yang melilit di leher ada yang menarik, sehingga Agan tercekik….. Hikihik hik….. Auchhh….
Agan Memet segera duduk, dadanya masih teras sesak, panas. Terasa baru keluar dari ruang pengap. Agan duduk diatas kasur tua beralaskan tikar, menghela napas. Mata nya menatap kesekeliling. Ruang tidur sekaligus tempat masak berdinding triplek, beratap lembaran seng berkarat. Memet bangun dari mimpi siangnya, menunggu sore tiba untuk berbuka puasa. Memet tersadar bahwa ia masih tinggal di perkampungan kumuh, sebagai pemulung.

Midah istri Agan sudah berada disisinya, mengelus punggung, tangan kanannya memegang tangan Memet.
“Sudahlah…. Kau ini mimpi apa kang? Atau akang sakit jantung?”
“ Midah…… aku jadi orang kaya! Tapi hanya mimpi. Aku tadi pagi dapat kardus lemari es dari depan toko yang jual mobil sedan berlambangkan Banteng ketaton. Dan… dan... “

Midah mendengarkan, sambil mengelus tangan Memet.
“ Sudahlah Midah, hasil dari kardus hari ini lumayan… Sekali kali Aku ingin berbuka dengan ayam goreng , Biar si Misdun kebagian ayam“. Sambungnya:
“ Misdun anak tetangga kasihan …. Dia kurus, perut buncit, muka kayak kakek2….
O, ya berikan buku gambar Mewarnai, kemarin aku dapat di tong sampahnya Pak Sarju …”
“ tapi , apa dia punya pensil berwarna?” sambut istrinya
“ Aku tahu kemarin Misdun bawa pensil warna merah biru. Lumayan bisa mewarnai birunya langit……. Merahnya warna manusia……Putihnya warna gedung…..”

Memet keluar dari gubugnya, melihat si Misdun yang berumur lima tahun itu bermain bola sendiri di tanah berlumpur. Dapatkah ia menjadi manusia yang berkwalitas? Sehat, cerdas,kreatif, bermental.

Cita cita Memet sederhana. Tak ingin kaya, namun dapat berbagi sesama. Dapatkah Memet berbagi? Harus memiliki dahulu tentunya …..

vertex island

Tidak ada komentar: